Pendapat yang menyebutkan makanan juga bisa menyebabkan kecanduan
seperti halnya rokok atau ganja sudah lama menjadi perdebatan para ahli.
Kendati terdapat beberapa bukti ilmiah tapi sebagian ahli nutrisi
menolaknya.
Dr.Nora Volkow, direktur National Institute on Drug
Abuse, belum lama ini mengatakan bahwa kecanduan makanan dan narkoba
punya banyak kesamaan. Terutama karena keduanya dapat mengganggu bagian
tertentu dalam otak yang terkait dengan kesenangan dan kontrol diri.
Para
ilmuwan dari Universitas Princeton dan Universitas Florida, keduanya di
Amerika Serikat, menemukan tikus yang dilimpahi gula menunjukkan gejala
"nagih" saat gula diambil. Gejala yang dialami tikus tersebut termasuk
gigi bergemeletuk dan gemetar.
Kemudian dua minggu kemudian
ketika tikus itu diberikan gula lagi, para tikus menyantap gula 23
persen lebih banyak dari sebelumnya.
Ilmuwan dari California dan
Italia tahun lalu juga melaporkan bahwa sistem pencernaan tikus yang
banyak mengonsumsi lemak cair mulai memproduksi endocannabinodis, zat
kimia yang sama dengan yang diproduksi oleh pengguna ganja.
Penelitian
pada manusia dilakukan ilmuwan dari Oregon Research Institute dengan
cara melakukan pemindaian otak anak-anak yang sedang melihat gambar susu
cokelat kocok. Beberapa saat kemudian anak-anak itu diberikan susu
cokelat kocok.
Hasil penelitian menunjukkan, seperti halnya para
pecandu narkoba atau alkohol yang dosis penggunaannya meningkat, pada
anak-anak yang sering mengonsumsi es krim mereka juga terus menerus
menambah porsi es krim setiap kali supaya bagian otak yang mengatur
ganjaran mencapai rasa puas.
Menurut Dr.Pamela Peeke, asisten
profesor dari Universitas Maryland, meditasi dan kegiatan olahraga bisa
membantu otak mengurangi rasa kecanduan.
Seperti halnya para
pengguna narkoba yang perlu metadon untuk mengurangi ketagihan, para
pecandu makanan juga disarankan mencari alternatif makanan yang tetap
bisa memberikan kepuasan tapi lebih sehat, misalnya memilih smoothie
buah ketimbang es krim.
Kecanduan makanan ternyata sangat
dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsi. Pada dasarnya tubuh
manusia secara biologi beradaptasi dengan makanan yang ditemukan di
alam, bukan makanan yang diproses.
"Manusia tidak pernah
kecanduan selada, apel, atau sayuran. Tetapi jika kita sering mengasup
makanan yang diproses tubuh bisa mengalami gangguan. Sejauh yang saya
tahu tidak ada orang yang kecanduan kentang, tapi begitu dibuat menjadi
keripik apa yang terjadi," kata Dr.Kelly D.Brownell, editor buku Food and Addiction.
Produk
makanan seperti itu disebut sebagai makanan hyperpalatable yang bisa
menggoda indra pengecap kita dengan cara memfokuskan pada kombinasi rasa
asin, manis, dan kandungan lemak.
"Dengan makanan-makanan
tersebut, keinginan dan penilaian yang baik kerap terganggu. Orang bukan
cuma menginginkan makanan itu tapi juga ketagihan dan memimpikannya,"
kata Brownell.